Ahlan Wasahlan bi Qudumikum ila Hadzal-Blog

Selamat Datang di Blog Hikam dan Linguistik Arab. Bersama kita bisa diskusi mengembangkan wacana Al Hikam dan dunia bahasa Arab

Kamis, 15 Juli 2010

Yang Bergantung Kepada Selain Allah Tertipu


Pada pengajian yang lalu telah dibahas masalah kebutuhan yang menimpa kita semua jangan sampai dilaporkan kepada selain Allah. Maksud dilaporkan itu jangan sampai terlalu mempunyai keyakinan bahwa hanya orang itu yang mampu membantu aku. Sudahlah pak, kalau bukan bapak siapa lagi yang menolong saya. Jangan bilang begitu. Kalau hanya sekedar ikhtiyar, minta tolong, wajare orang bergaul, pak saya terjepit, kalau bapak mau tolonglah saya pinjami uang. Waduh gak bisa lo mas. Ya sudah. Berarti Allah sedang tidak memberi. Jangan terus marah, dimintai tolong begitu saja tidak mau. Itu namanya orang lupa. Orang tidak mampu dan orang tidak mau itu akibat akhirnya sama. Orang tidak bisa shalat dan orang tidak mau shalat itu wewujudan akhirnya sama. Orang tidak bisa shalat ya tidak shalat, orang tidak mau shalat ya tidak shalat. Orang tidak bisa menolong dan orang tidak mau menolong itu akibatnya sama. Tidak bisa menolong. Yang tidak mau ya tidak bisa karena dihalang-halangi ketidakmauannya sendiri itu.

Maka tidak perlu berharap kepada selain Allah. Dikatakan oleh sebagian ulama:

قَالَ بَعْضُهُمْ مَنْ اِعْتَمَدَ عَلَىغَيْرِاللهِ فَهُوَفىِغُرُوْرٍمِمَّالاَيَدُوْمُ وَلاَيَدُوْمُ شَيْئٌ سِوَاهُ وَهُوَالدَائِمُ اْلقَدِيْمُ الَّذِى لَمْ يَزُلْ وَلاَيُزَالُ وَعَطَاؤُهُ وَفَضْلُهُ دَائِمَانِ
Artinya:
Sebagian ulama berkata: “Barang siapa bergantung kepada selain Allah maka dia tertipu kepada sesuatu yang tidak kekal. Padahal tidak ada sesuatu yang kekal kecuali Allah. Dialah yang kekal sejak dulu tidak pernah hilang dan tidak pernah dihilangkan, pemberian dan anugerahNya kekal adanya

Artinya begini, jika ada orang menggantungkan persoalan kepada selain Allah, berarti orang itu tertipu. Bagaimana bisa tertipu? Orang menggantung itu kan butuh kesungguhan, orang sekarang mengatakan komitmen. Artinya, sekali bilang, ya kamu saya tolong, selanjutnya ya begitu yang bisa komit seperti itu hanya Allah saja. Selain Allah selalu berubah. Suatu saat kita datangi bilang, maaf saya sendiri sedang terjepit. Begini ini namanya tidak ada komitmen. Jadi yang bisa menolong terus menerus itu hanya Allah. Dan tidak ada yang langgeng, kekal selain Allah. karena Allah itu ad-daimu al-qodimu, Dzat yang kekal, dan kekekalannya itu sejak dulu sampai sekarang. Tidak akan hilang dan tidak akan terhilangkan. Allah tukang maringi itu sejak dulu sampai sekarang belum berubah. Sampean belum ada, Allah sudah menjadi Tukang Maringi sekarang sampean ada, Allah ya tetap Tukang Maringi. Sampean eling diparingi, sampean lali yo diparingi kalau sampean ingat diparingi terus kalau lupa tidak diparingi, berarti ketika sampean lupa kan langsung mati. Siapa yang memberi hidup ini? Sampean lali kok tetap diuripi. Berarti kelebihan pemberian Allah itu anugerah Allah itu daimani, terus berlangsung tidak pernah berhenti. Oleh karena itu:

فَلاَ تَعْتَمِدْ اِلاَّ عَلَى مَنْ يَدُوْمُ عَلَيْكَ مِنْهُ اْلفَضْلُ وَاْلعَطَاءُ فىِكُلِّ نَفْسٍ وَحِيْنٍ وَأَوَانٍ وَزَمَانٍ
Artinya:
Maka janganlah bergantung kecuali kepada Dzat yang terus menerus memberikan anugerah dan peparing di setiap nafas dan sepanjang masa.

Dengan menyadari ini semua, hidup ini akan tegar dan tidak sempit, karena betul-betul yakin. Terkadang begini ini terus kebablasan, kalau begitu berhenti saja tidak perlu dodolan. Berarti salah niat. Ya dodolan itu yang saya pergunakan untuk menggantungkan hidup saya. Jadi kalau perdagangan saya bangkrut hidupku juga bangkrut. Itu salahnya. Perdagangan bukan untuk menggantungkan hidup. Dodolan itu bentuk lahan penampilanku dihadapan Allah, karena aku menjadi kholifah dan dodolanku jadi lahan kiprahku aku menjadi kholifah. Begitu saja. Soal fasilitas hidupku tidak tergantung di situ. Jika saya tidak jualan berarti saya menghianati titipan Allah yang seharusnya saya sampaikan tetapi saya tahan. Mestinya pagi ini ada orang yang membeli obat di toko saya. Tetapi karena saya tutup dia tidak bisa membeli obat. Berarti saya tidak menyebar manfaat. Begini lo filosofinya itu. Bukan, kalau saya tidak dodol tidak dapat uang. Tidak begitu. Soal dapat uang dan tidak dapat uang itu kan hanya soal kesepakatan-kesepakatan. Apa cukupnya kebutuhan itu harus menggunakan uang? Wong ternyata banyak soal dan banyak hal yang bisa selesai tanpa uang.

Contoh saja, bapak-bapak ini kan sering hutang gelang kepada ibunya. Ketika kepepet akan tandur, atau akan membeli pupuk. Buk tolong gelangmu dijual dulu untuk membeli pupuk, besok saya kembalikan ketika panen. Seringkan begitu itu, ketika bapake kepepet terus kalung ibunya dijual untuk mencukupi kebutuhan itu kan biasa. Begitu itu ketika waktunya ditagih, kan butuh mengembalikan, karena akadnya kan akad hutang. Hutang itu wajib mengembalikan. Kecuali kalau akadnya itu, wis kene kalungmu tak peke. Tapi ya tidak mungkin boleh kalau begitu. Supaya boleh akadnya ya akad hutang. Sudahlah hutang dulu, saya pinjam dulu kalungmu. Kalau panen saya kembalikan. Tetapi ketika waktu jatuh tempo, sudah panen waktunya nyaur, ternyata tidak diangsur dengan uang. Bagaimana, sekarang saya sudah pegang uang. Dulu gelangmu harganya berapa. Rp. 1,5 juta kan? Sekarang saya pegang uang 2 juta. Engkau pilih mana? Uang ini saya gunakan untuk membayar uangmu, apa kamu saya ajak rekreasi ke Jakarta. Bisa saja bapak ini. Kalau begitu saya pilih ngelencer ke Jakarta. Tapi saya sudah tidak punya hutang lo ya. Berarti hanya cukup dirayu. Dan ngelencer ke Jakarta hanya butuh uang Rp.. 300 ribu.

Itu kan kanugrahane Gusti Allah yang bisa menyelesaikan persoalan tanpa uang. Bisa kan begitu? Kemarin saya ini kudu ngguyu. Ketika siang hari saya melihat TV, anak saya yang nomer tiga, yang masih kecil, kira-kira umur 2,5 tahun, jangkep 3 tahun bulan Desember depan nanti. Dia butuh uang untuk membeli permen. Namanya anak kecil kan tidak pegang uang. Masak ada anak kecil bekerja terus pegang uang. Tidak ada. Butuh permen ya minta uang. Bu minta uang. Untuk apa? Beli permen. Jawab ibunya, emoh, sun disik. Begitu ya mau, sun disik, kanan. Ayo yang kiri, sun kiri. Setelah itu ibunya ambil dompet mengeluarkan uang Rp. 1000,- untuk membeli permen. Yang saya pikirkan adalah, anak kecil itu tidak perlu bekerja, modal pipi kanan kiri sudah mendapat uang Rp. 1000,- Ternyata anak kecil yang akan memenuhi kebutuhan permen itu cukup sun kan dan sun pipi kiri selesai. Jadi selesainya masalah itu tidak selalu dengan uang. Jadi ibu-ibu kalau ingin uang banyak ya cukup, sun, monggo, gitu saja. Itu namanya penyelesaian.

Artinya, untuk menyelesaikan soal, tidak harus menggunakan uang. Banyak hal dapat diselesaikan dengan tanpa uang. Kita sering lupa, ketika kita menolong orang, katakan harga pertolongan itu Rp. 10.000,- saya kepepet saya ingin pergi ke Surabaya. Tolong pinjam uangnya, Rp. 10.000,- untuk naik bis pulang pergi. Ini silahkan pakai. Lain kali, ketika bertemu orang pinjam tadi, uang itu dikembalikan. Ini uangmu kemarin. Sudah tidak perlu dikembalikan, untuk jajan putramu saja. Sampean tidak minta imbalan Rp. 10.000,- suatu saat orang yang sampean tolong tanpa minta ganti tadi, bila gantian sampean kepepet terus sampean minta tolong, pasti ditolong. Kepepet lagi ditolong lagi. Sampean sepuluh kali pasti masih mau menolong. Ternyata, untuk menyelesaikan sepuluh soal, sampean cukup menyelesaikan satu soal yang lain.

Makanya sekarang tidak perlu menghitung jumlah rupiah, marilah menghitung jumlah soalnya saja. Orang itu mempunyai soal berapa? O dia mempunyai sepuluh soal. Saya akan mencoba menyelesaikan sepuluh soal itu. Nanti soal saya yang jumlahnya 100 pasti diselesaikan oleh Allah. tetapi sering kali kita terjebak oleh perkara yang tidak kekal, yang bernama uang. Jika sampean pernah menolong orang satu kali, pasti ada kesan bahwa sampean itu orang hebat di mata orang yang sampean tolong. Nantinya, kalau sampean minta tolong, meskipun sampai 10 kali dia pasti masih mau menolong. Pokok sampean ora kemalan duwit. Tetapi kalau kemalan duwit, sekali sampean menolong dan menerima uang, yang sampean tolong sudah merasa cukup untuk membalas pertolongan sampean dengan uang itu.

Ini semua sudah menjadi watak manusia. Maka bila ingin bergantung bergantunglah pada Yang Kekal, yaitu Allah SWT. Adapun sampean bekerja itu bukan untuk mencukupi kebutuhan. Orang bekerja itu untuk menampilkan perintah Allah yang harus dikerjakan. Jika bisa begitu nanti bisa seiring, tidak tabrakan. Kalau tidak seiring bisa ruwet. Saya bekerja dapat laba Rp. 100 ribu. Padahal kebutuhan saya Rp. 900 ribu. Wah kurang ini. Begini yang menyebabkan orang deg-degan terus. Yang menyebabkan jantung akan copot kan begitu itu. Bingung ini, anak lima, setiap bulan Rp. 1 juta, Rp. 200 ribuan, semua mondok. Padahal penghasilan saya setiap bulan hanya Rp. 500 ribu. Wah kurang Rp. 500 ribu ini karena anugerah Allah yang jembar itu kamu persempit sendiri. Akhirnya ketika Allah menyampaikan kebutuhan yang panjang kepadamu sampean merasa kurang. Ya itu yang dinamakan orang yang buta mata hatinya, wong sing picek atine.

قَالَ عَطَأُ الْحُرَاسَانِى رَضِىَاللهُ عَنْهُ : لَقِيْتُ وَهَبْ بِنْ مُنَبِهِ فىِ الطَّرِيْقِ. فَقُلْتُ حَدِّ ثْنِى حَدِيْثًا أَحْفَظْهُ عَنْكَ فىِمَقَامِى وَاَوْجِنْ. قَالَ أَوْحَىاللهُ تَعَالَىاِلَىدَاوُدَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ : يَادَاوُدُ أَمَا وَعِزَتِى وَجَلاَلِىلاَيَسْتَنْصِرُبِىعَبْدٌ مِنْ عِبَادِى دُوْنَ خَلْقِِى أَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْ نِيَتِهِ فَتَكِدُهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَمَنْ فِيْهِنَّ وَاْلاَرْضُوْنَ السَّبْعُ وَمَنْ فِيْهِنَّ اِلاَّ جَعَلْتُ لَهُ مِنْهُنَّ فَرَجاً وَمَخْرَجًا
Artinya:
Syekh Atok Al-Hurasani ra. berkata: Saya bertemu Syekh Wahab bin Munabih di jalan. Saya berkata kepadanya. Ceritakan sebuah hadis kepadaku yang singkat yang bisa saya hafalkan dan sesuai dengan kedudukan saya. Syekh Wahab bin Munabih berkata: Allah telah memberi wahyu kepada Nabi Daud as. dengan firman-Nya: Hai Daud ingat! Demi Keagungan-Ku, dan Demi Keagungan-Ku. Jika hamba-Ku minta tolong hanya kepada-Ku, dia tidak minta tolong kepada makhluk-Ku. Di mana hal itu Aku ketahui dari niyat di dalam hatinya. Pasti Aku kabulkan, meskipun direkayasa untuk dihalang-halangi oleh tujuh langit beserta penduduknya, dan tujuh petala bumi dengan penduduknya semuanya, tetap akan Aku jadikan baginya jalan keluar dan penyelesaian keluar.

Jadi kalau ada orang yang mantap minta tolong hanya kepada Allah saja, orang lain daftar menolong saja sudah ditolak, saya akan menolong kamu, emoh, saya tidak butuh kamu, aku hanya butuh Allah saja. Yang berbunyi begitu itu hatinya. Bukan terus kemlelet, jangan menolong aku, biar aku ditolong Allah sendiri. Itu namanya orang sombong. Jadi yang emoh itu hatinya. Artinya, hakekat yang menolong itu Gusti Allah bukan orang itu. Bukan berarti, kamu tidak perlu ke sini karena kamu bukan Gusti Allah. ini salah terap lagi, maksudnya hanya hatinya. Jadi kalau ada orang yang minta tolong kepada Allah sama sekali tidak ada pengharapan selain kepada Allah, setelah itu ada usaha-usaha, ada rekayasa yang jahat dan langit tujuh menghalangi, dari ke tujuh bumi beserta penduduknya menghalngi, maka kata Allah, orang itu pasti akan aku carikan jalan keluar dan aku berikan penyelesaian masalah.

Kurang rapat apa, pagar yang menghalangi-halangi Nabi Adam menjadi Kholifah. Nabi Adam akan menjadi kholifah dulu, malaikat sudah maido pertama kali. Pilihan menjadi kholifah, iblis ngaco duluan. Justru malah kacoan iblis itu yang mempercepat Adam menjadi kholifah. Kan lucu. Kurang rapat bagaimana, orang kafir Qurays mengejar-ngejar Nabi Muhammad saw. Hanya dengan penghalang sarang laba-laba sudah beres semua.

Maka kalau Allah sudah mencarikan jalan keluar, pasti diluar dugaan. Yang paling sering, keluarnya pertolongan setelah kepepet. Sebelum kepepet belum keluar pertolongan. Justru ketika sudah kepepet pet-pet itu sampean akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kalau longgar-longgar saja kurang serem. Paham apa tidak sampean. Ya sudah. Masak sampean kalau kangen Ibunya itu hanya jarak jauh saja. Tahunya nikmatnya kangen kan setelah mepet dengan ibunya kan. Ketika mepet itu kan ruang geraknya berkurang kan. Kalau sampean masih mempunyai ruang gerak yang luas, ya tidak akan merasakan nikmatnya dipepet Gusti Allah. Tetapi justru ketika sampean tidak mempunyai ruang gerak, ke sana menthok, ke sini menthok. Sudah, berserah diri saja kepada Allah, itu nanti pertolongan Allah yang akan datang. Jika sampean masih ingat. Kalau tidak ingat ya tetap. Tetap saja mbulet. Makanya di sini ada kebalikannya. Diingatkan lagi Nabi Daud as.

اَمَاوَعِزَتِى وَجَلاَلِى وَعَظَمَقِ لاَيَسْـتَعْصِمُ عَبْدٌ مِنْ عِبَادِى بِمَخْلُوْقٍ دُوْنِى أَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْ نِيَتِهِ اِلاَّ قَطَعْتُ اَسْـبَابَ اَلسّـَمَوَاتِ السـَّبْعِ مِنْ دُوْنِهِ وَأَسَـخْتُ اْلأَرْضَ مِنْ تَحْتِهِ وَلاَ أُ بَالِى فىِ أَىِِّ وَادٍ هَلَكَ

Artinya:
Ingat Daud, Demi Keagungan-Ku, dan Demi Keagungan-Ku, sekali lagi dan Demi Keagungan-Ku. Jika seorang hamba dari hamba-Ku meminta kepada mahluk selain Aku Yang Aku Ketahui dari niyatnya pasti aku putus sebab-sebab dari langit yang menuju ke arah dia dan Aku tenggelamkan ke dalam bumi di bawahnya. Dan Aku tidak akan peduli di jurang mana dia terperosok hancur.

Sudah, pokok dia tidak mempedulikan Aku, sudah krisis malah lupa kepada-Ku, minta tolong kepada selain Aku, Aku halangi langit tujuh, bumi pitu tak cegati, Aku nggak peduli, wong iku arep rusak, kejongor-jongor terperosok di jurang mana Aku gak ngreken. Maka berhati-hatilah. Jika sampean kepepet jangan lupa kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar